Gerakan Lima Euro (Galiro) Groningen adalah sebuah agenda yang dilakukan mahasiswa Indonesia yang sedang melakukan studi di Groningen, Belanda, melalui pengumpulan dana yakni sebesar 5 Euro yang dikumpulkan dari masing-masing anggota untuk membantu pendidikan di Indonesia. Bantuan yang diberikan biasa berupa beasiswa, buku dan sebagainnya.
kali ini Galiro Groningen menyalurkan bantuannya ke SDI Miftahusholihin. SD ini merupakan sekolah gratis hasil swadaya masyarakat yang didirikan di kawasan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Kota Pontianak. Karena berada di kawasan ini maka bisa ditebak bahwa mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pemulung walaupun sebagian lain adalah petani dan buruh bangunan.
Bantuan Galiro ini bermula ketika saya menginformasikan sekolah ini melalui media Facebook. Kebetulan informasi ini dibaca oleh Bintoro Nugroho, seorang dosen di Universitas Tanjungpura Pontianak yang kini sedang studi S3 di Groningen. Beliau ini kebetulan adalah kakak kelas saya waktu di SMA. Kemudian beliau dan para mahasiswa Indonesia di sana menyambut positif kegiatan ini sehingga sekolah ini bisa menerima bantuan dari Galiro Groningen.
Pada tanggal 18 Juli 2012 lalu, dilakukan penyerahan bantuan Galiro Groningen bersama beberapa mahasiswa Fisip Untan, Excellence Youth Action dan teman-teman dari KOICA (Korea International Cooperation Agency). Bantuan ini berupa buku paket BSE (Buku Sekolah Elektronik) terbitan Diknas dan LKS untuk SDI Miftahusholihin, Pontianak. Selain menyerahkan bantuan, kami juga mengadakan nonton bersama film Laskar Pelangi. Mengapa film ini yang kami pilih? tentu saja karena film ini cukup merepresentasikan SDI Miftahusholihin yang masih memiliki keterbatasan dari hal sarana maupun prasarana. Namun, meskipun dalam kondisi seperti itu semangat belajar harus lebih tinggi dari apapun karena impian sebesar apapun bisa dicapai asal kita mau berusaha dan tidak mengeluh.
Kondisi sekolah ini memang masih memprihatinkan. Disamping kondisi fisik sekolah yang belum bisa dikatakan layak, kualitas guru juga masih belum setara dengan sekolah negeri maka tidak heran jika kita akan menemukan anak-anak di kelas 3 masih belum lancar membaca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, ditambah kurikulum pendidikan di Indonesia yang semakin “memaksa†para siswa menguasai semua mata pelajaran. Jika kondisi ini terus dibiarkan, muncul kekhawatiran bahwa anak-anak di SDI Miftahusholihin ini tidak bisa lulus Ujian Nasional. Oleh karena itu bantuan Galiro Groningen ini diharapkan mampu menstimulasi para siswa untuk lebih semangat dalam belajar.
Buku paket dan LKS dibagikan ke masing-masing anak jadi setiap anak bisa memanfaatkan buku tersebut untuk belajar di rumah mereka masing-masing. Anak-anak sangat senang sekali bisa memiliki buku paket meskipun pada kenyataannya belum bisa digunakan secara maksimal karena kemampuan membaca yang masih lemah. Tapi, semua ini merupakan proses awal yang membutuhkan perhatian dari banyak pihak terkait serta peran serta masyarakat.
“Yuk, kita sukseskan pendidikan di negeri kita, dimulai pada hal-hal kecil yang bisa kita lakukanâ€.
Salam Semangat,
Dewi Suratiningsih
http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/13/gerakan-lima-euro-galiro-groningen-belanda-untuk-sdi-miftahusholihin-pontianak-484828.html